Konsep
merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal
khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi maka konsep tidak dapat
langsung diamati atau diukur. Konsep hanya dapat diamati atau diukur
melalui konstruk atau yang lebih dikenal dengan nama variabel. Jadi
variabel adalah simbol atau lambang yang menunjukkan nilai atau bilangan
dari konsep. Variabel adalah sesuatu yang bervariasi.
Contoh:
Sehat adalah konsep; istilah ini mengungkap sejumlah observasi tentang
hal-hal atau gejala-gejala yang mencerminkan kerangka keragaman kondisi
kesehatan seseorang. Untuk mengetahui apakah seseorang itu “sehat” atau
“tidak sehat” maka pengetahuan konsep “sehat” tersebut harus melalui
konstruk atau variabel-variabel misalnya: tekanan darah, denyut nadi, Hb
darah, dan sebagainya. Tekanan darah, denyut nadi, Hb darah dan
sebagainya ini variabel-variabel yang digunakan untuk mengobservasi atau
mengukur apakah seseorang itu “sehat” atau “tidak sehat”.
Sosial-ekonomi
adalah suatu konsep, dan untuk mengukur sosial ekonomi keluarga
misalnya, harus melalui variabel-variabel: tinggi pendidikan, pekerjaan
dan pendapatan keluarga itu.
Kerangka
konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara
konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui
penelitian-penelitian yang akan dilakukan.
Contoh sederhara:
Konsep
perilaku pemberian ASI sebagai variabel dependen (vanabel tergantung)
di sini dapat diukur melalui variabel “praktek menyusui”. Artinya
perilaku pemberian ASI oleh ibu-ibu dapat diobservasi atau diukur dari
praktek ibu-ibu dalam memberikan (Air Susu Ibu) kepada anak atau bayi
mereka. Apakah mereka memberikan ASI kepada bayi-bayi mereka atau tidak,
bila memberikan bagaimana frekuensinya, caranya dan sebagainya.
A. VARIABEL
Variabel
mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimilikinya oleh
anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh
kelompok yang lain. Definisi lain mengatakan bahwa variabel adalah
sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki
atau didapatkan oleh satuan penelitian tentangsesuatu konsep pengertian
tertentu, misalnya umur jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan,
pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit dan sebagainya.
Berdasarkan
hubungan fungsional antara variabei-variabel dengan yang lainnya,
variabel dibedakan menjadi dua, yaitu terganiung, akibat, terpengaruh
atau variabel dependen, dan bebas, sebab, mempengaruhi atau variabel independen.
Disebut variabel tergantung atau dependen karena variabel ini
dipengaruhi oleh variabel bebas atau variabel independen. Misalnya,
variabel jenis pekerjaan (dependen) dipengaruhi oleh variabel pendidikan (independen), variabel pendapatan (dependen) dipengaruhi oleh variasi pekerjaan (independen), dan sebagainya.
Pengukuran Variabel
Pengukuran
variabel dikelompokkan menjadi 4 skala pengukuran, yakni: a) skala
nominal, b) skala ordinal, c) skala interval dan d) skala ratio.
1. Skala nominal,
adalah suatu himpunan yang terdiri dari anggota-anggota yang mempunyai
kesamaan tiap anggotanya, dan memiliki perbedaan dari anggota himpunan
yang lain. Misalnya, jenis kelamin dibedakan antara laki-laki dan
perempuan; pekerjaan, dapat dibedakan petani, pegawai, dan pedagang;
suku bangsa, dapat dibedakan antara Jawa, Sunda, Batak, Ambon, dan
sebagainya. Pada skala nominal, kita menghitung banyaknya subjek dari
setiap kategori gejala, misalnya jumlah wanita dan pria. masing-masing
sekian orang, jumlah pegawai dan bukan pegawai sekian orang, dan
sebagainva. Masing-masing anggota himpunan tersebut tidak ada perbedaan
nilai.
2. Skala ordinal,
adalah himpunan yang beranggotakan menurut rangking, urutan, pangkat,
atau jabatan. Dalam skala ordinal tiap himpunan tidak hanya
dikategorikan kepada persamaan atau perbedaan dengan himpunan yang lain,
tetapi juga berangkat dari pertanyaan lebih besar atau lebih kecil.
Misalnya, variabel pendidikan dikategorikan SD, SLP, dan SLTA, variabel
pendapatan dikategorikan tinggi, sedang, dan rendah, variabel umur
dikategorikan anak-anak, muda, dan tua, dan sebagainya.
3. Skala interval,
seperti pada skala ordinal, tetapi himpunan tersebut dapat memberikan
nilai interval atau jarak antar urutan kelas yang bersangkutan.
Kelebihan dari skala ini adalah bahwa jarak nomor yang sama menunjukkan
juga jarak yang sama dari sifat yang diukur.
Contoh:
Interval
a sampai d adalah 4 – 1 = 3 interval d dan c adalah 5 – 4 = 1. Dalam
hal ini tiap anggota dalam kelas mempunyai persamaan nilai interval.
Contoh lain adalah tentang skala pengukuran suhu dengan Fahrenheit dan
Celsius, di mana masing-masing mempunyai aturan skala yang berbeda letak
dan jaraknya, meskipun masing-masing memulainya dari nol. Contoh lain
lagi adalah skala waktu tahun Masehi dan tahun Hijriah, meskipun
masmg-masing memulai dari bilangan 1.
4. Skala ratio,
adalah variabel yang mempunyai perbandingan yang sama, lebih besar atau
lebih kecil. Variabel seperti panjang berat dan angka agregasi adalah
variabel rasio. Misalnya, apabila sekarang beras beratnya 1 kuintal.
maka 5 karung beras beratnva 5 kuintal.
B. Hipotesis
Hasil
suatu penelitian pada hakikatnya adalah suatu jawaban atas pertanyaan
penelitian yang telah dirumuskan di dalam perencanaan penelitian. Untuk
mengarahkan kepada hasil penelitian ini dalam perencanaan penelitian
perlu dirumuskan jawaban sementara dari penelitian ini. Jawaban
sementara dari suatu penelitian ini biasanya disebut hipotesis. Jadi
hipotesis di dalam suatu penelitianr berarti jawaban sementara
penelitian, patokan juga, atau dalil sementara yang kebenarannya akan
dibuktikan dalam penelitian tersebut. melalui pembuktian dari hasil
penelitian, maka hipotesis ini dapat benar atau salah, dapat diterima
atau ditolak.
Kesimpulan yang diperoleh dari pembuktian atau analisis dari dalam menguji rumusan jawaban sementara atau hipotesis itulah akhir
suatu penelitian. Hasil akhir penelitian ini disebut juga kesimpulan
penelitian, generalisasi atau dalil yang berlaku umum, walaupun pada
taraf tertentu hal tersebut mempunyai perbedaan tingkatan sesuai dengan
tingkat kemaknaan (significantcy) dari hasil analisis statistik. Hasil pembuktian hipotesis atau hasil akhir penelitian ini juga sering disebut thesis.
Hipotesis
ditarik dari serangkaian fakta yang muncul sehuhubungan dengan masalah
yang diteliti. Dari fakta dirumuskan hubungan antara satu dengan yang
lain dan membentuk suatu konsep yang merupakan abstraksi dari hubungan
antara berbagai fakta.
Hipotesis
sangat penting bagi suatu penelitian karena hipotesis ini maka
penelitian diarahkan. Hipotesis dapat membimbing (mengarahkan) dalam
pengumpulan data. Secara garis besar hipotesis dalam penelitian
mempunyai peranan sebagai berikut:
- Memberikan batasan dan memperkecil jangkauan penelitian.
- Memfokuskan perhatian dalam rangka pengumpulan data.
- Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta atau data.
- Membantu mengarahkan dalam mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti (diamati).
Dari
hipotesis peneliti menarik kesimpulan dalam bentuk yang masih sementara
dan harus dibuktikan kebenarannya (hipotesis) sebagai titik tolak atau
arah dari pelaksanaan penelitian. Memperoleh fakta untuk perumusan
hipotesis dapat dilakukan antara lain dengan:
- Memperoleh sendiri dari sumber aslinya, yaitu dari pengalaman langsung di lapangan, rumah sakit, Puskesmas, atau labotarium. Dalam mengemukakan fakta ini kita tidak berusaha untuk melakukan perubahan atau penafsiran dari keaslian fakta yang diperoleh.
- Fakta yang diidentifikasi dengan cara menggambarkan atau menafsirkannya dari sumber yang asli, tetapi masih berada di tangan orang yang mengidentifikasi tersebut, sehingga masih dalam bentuknya yang asli.
- Fakta yang diperoleh dari orang yang mengidentifikasi dengan jalan menyusunnya dalam bentuk penalaran abstrak, yang sudah merupakan simbol berpikir sebagai generalisas; dari hubungan antara berbagai fakta atau variabel.
Fakta
adalah sangat penting dalam penelitian, terutama dalam perumusan
hipotesis. Sebab, hipotesis merupakan kesimpulan yang ditarik
berdasarkan fakta yang ditemukan. Hal ini berarti sangat berguna untuk
dijadikan dasar membuat kesimpulan penelitian. Meskipun hipotesis ini
sifatnya suatu ramalan, tetapi bukan hanya sekadar ramalan sebab,
hipotesis ditarik dari dan berdasarkan suatu hasil serta Problematik
yang timbul dari penelitian pendahuluan dan hasil pemikiran yang logis
dan rasional. Hipotesis juga dapat dirumuskan dari teori ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
C. Bentuk Rumusan Hipotesis
Pada
hakikatnya hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang hubungan yang
diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat di uji secara
empiris. Biasanya hipotesis terdiri dan pernyataan terhadap adanya atau
tidak adanya hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas (independent variable)
dan variabel terikat dependent variabel. Variabel bebas ini merupakan
variabel penyebapnya atau variabel pengaruh, sedang variabel terikat
merupakan variabel akibat atau variabel terpengaruh.
Contoh sederhana :
Merokok adalah penyebab penyakit kanker paru-paru paru. Di dalam contoh
ini merokok adalah variabel yaitu variabel independen (penyebabnya),
sedangkan kanker paru-paru merupaksn variabel dependen atau akibatnya.
Seperti
telah diuraikan di atas, bahwa hipotesis adalah suatu simpulan
sementara atau jawaban sementara dari suatu penelitian sebab itu
hipotesis harus mempunyai landasan teoretis, bukan hanya sekadar suatu
dugaan yang tidak mempunyai landasan ilmiah, melainkan lebih dekat
kepada suatu kesimpulan. Ciri-ciri suatu hipotesis antara lain sebagai
berikut:
- Hipotesis hanya dinyatakan dalam bentuk pernyataan (statement) bukan dalam bentuk kalimat tanya.
- Hipotesis harus tumbuh dari ilmu pengetahuan yang diteliti. Hal ini berarti bahwa hipotesis hendaknya berkaitan dengan lapangan ilmu pengetahuan yang sedang atau akan diteliti.
- Hipotesis harus dapat diuji, Hal ini berarti bahwa suatu hipotesis harus mengandung atau terdiri dari variabel-variabel yang diukur dan dapat dibanding-bandingkan. Hipotesis yang tidak jelas pengukuran variabelnya akan sulit mencapai hasil yang objektif
- Hipotesis harus sederhana dan terbatas. Artinya hipotesis yang tidak menimbulkan perbedaan-perbedaan, pengertian, serta tidak terlalu luas sifatnya.
Agar
dapat merumuskan hipotesis yang memenuhi kriteria tersebut perlu
dipertimbangkan berbagai hal antara lain yang terpenting adalah teknik
yang akan digunakan dalam menguji rumusan hipotesis yang dibuat. Apabila
suatu teknik tertemu dalam rumusan hipotesis ditetapkan, maka bentuk
rumusan hipotesis yang dibuat dapat digunakan dalam penelitian.
D. Jenis-Jenis Rumusan Hipotesis
Berdasarkan bentuk rumusannya, hipotesis dapat digolongkan tiga. yakni:
1. Hipotesis Kerja
Adalah
suatu rumusan hipotesis dengan tujuan untuk membuat ramalan tentang
peristiwa yang rerjadi apabila suatu gejala muncul. Hipotesis ini sering
juga disebut hipotesis kerja. Biasanya makan rumusan pernyataan: Jika…..maka…….. Artinya, jika suatu faktor atau variabel terdapat atau terjadi pada suatu situasi, maka ada akibat tertentu yang dapat ditimbulkannya.
Contoh sederhana:
a. Jika sanitasi lingkungan suatu daerah buruk, maka penyakit menular di daerah tersebut tinggi.
b. Jika persalinan dilakukan oleh dukun yang belum dilatih, maka angka kematian bayi di daerah tersebul tinggi.
c. Jika pendapatan perkapita suatu negara rendah, maka status kesehatan masyarakat di negara tersebut rendah pula.
d. dan lain-lain.
Meskipun
pada umumnya rumusan hipotesis seperti tersebut di atas, tetapi hal
tersebut bukan saru-satunya rumusan hipotesis kerja. Karena dalam
rumusan hipotesis kerja yang paling penting adalah bahwa rumusan
hipotesis harus dapat memberi penjelasan tentang kedudukan masalah yang
diteliti, sebagai bentuk kesimpulan yang akan diuji. Oleh sebab itu
penggunaan rumusan lain seperti di atas masih dapat dibenarkan secara
ilmiah.
2. Hipotesis Nol atau Hipotesis Statistik
Hipoiesis
Nol biasanya dibuat untuk menyatakan sesuatu kesamaan atau tidak adanya
suatu perbedaan yang bermakna antara kelompok atau lebih mengenai suatu
hal yang dipermasalahkan. Bila dinyatakan adanya perbedaan antara dua
variabel, disebut hipotesis alternatif.
Contoh sederhana : hipotesis nol
a. Tidak ada perbedaan tentang angka kematian akibat penyakit jantung antara penduduk perkotaan dengan penduduk pedesaan.
b. Tidak
ada perbedaan antara status gizi anak balita yang tidak mendapat ASI
pada waktu bayi, dengan status gizi anak balita yang mendapat ASI pada
waktu bayi.
c. Tidak
ada perbedaan angka penderita sakit diare antara kelompok penduduk yang
menggunakan air minum dari PAM dengan kelompok penduduk yang
menggunakan air minum dari sumur.
d. dan sebagainya.
Contoh-contoh
tersebut menunjukkan bahwa kedua kelompok yang bersangkutan adalah
sama, misalnya status gizi dari balita yang mendapatkan ASI sama dengan
status gizi anak balita yang tidak mendapatkan ASI. Bila hal tersebut
dirumuskan dengan “selisih” maka akan menunjukkan hasil dengan nol, maka disebut hipotesis nol.
Bila dirumuskan dengan “persamaan” maka hasilnya sama, atau tidak ada
perbedaan. Oleh sebab itu apabila diuji dengan metode statistika akan
tampak apabila rumusan hipotesis dapat diterima, dapat disimpulkan
sebagaimana hipotesisnya. Tetapi bila rumusannya ditolak, maka hipotesis
alternatifhya yang diterima. Itulah sebabnya maka sdperti rumusan
hipotesis nol dipertentangkan dengan rumusan hipotesis altematif.
Hipotesis nol biasanya menggunakan rumus Ho (misalnya HO : x = y)
sedangkan hipotesis alternatif menggunakan simbol Ha (misalnya, Ha : x =
> y).
Berdasarkan
isinya, suatu hipotesis juga dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: pertama,
hipotesis mayor, hipotesis induk, atau hipotesis utama, yaitu hipotesis
yang menjadi sumber dari hipotesis-hipotesis yang lain. Kedua,
hipotesis minor, hipotesis penunjang, atau anak hipotesis, yaitu
hipotesis yang dijabarkan dari hipotesis mayor. Di dalam pengujian
statisik hipotesis ini sangat penting, sebab dengan pengujian terhadap
tiap hipotesis minor pada hakikatnya adalah menguji hipotesis mayornya.
Contoh tidak sempurna :
Hipotesis
mayor: “Sanitasi lingkungan yang buruk mengakibatkan tingginya penyakit
menular”. Dari contoh ini dapat diuraikan adanya dua variabel, yakni
variabel penyebab (sanitasi lingkungan) dan variabel akibat (penyakit
menular). Kita ketahui bahwa penyakit menular itu luas sekali, antara
lain mencakup penyakit-penyakit diare, demam berdarah, malaria, TBC,
campak, dan sebagainya. Sehubungan dengan banyaknya macam penyakit
menular tersebut, kita dapat menyusun hipotesis minor yang banyak
sekali, yang masing-masing memperkuat dugaan kita tentang hubungan
antara penyakit-penyakit tersebut dengan sanitasi lingkungan, misalnya :
a. Adanya korelasi positif antara penyakit diare dengan buruknya sanitasi lingkungan
b. Adanya hubungan antara penyakit campak dengan rendahnya sanitasi lingkungan.
c. Adanya hubungan antara penyakit kulit dengan rendahnya sanitasi lingkungan.
d. dan sebagainya.
Apabila
dalam pengujian statistik hipotesis-hipotesis tersebut terbukti
bermakna korelasi antara kedua variabel di dalam masing-masing hipotesis
minor tersebut, maka berarti hipotesis mayornya juga diterima. Jadi ada
korelasi yang positif antara sanitasi lingkungan dengan penyakit
menular.
3. Hipotesis Hubungan dan Hipotesis Perbedaan
Hipotesis
dapat juga dibedakan berdasarkan hubungan atau perbedaan 2 variabel
alau lebih. Hipotesis hubungan berisi tentang dugaan adanya hubungan
antara dua variabel. Misalnya, ada hubungan antara tingkat pendidikan
dengan praktek pemeriksaan hamil. Hipotesis dapat diperjelas lagi
menjadi : Makin tinggi pendidikan ibu, makin sering (teratur)
memeriksakan kehamilannya. Sedangkan hipotesis perbedaan menyatakan
adanya ketidaksamaan atau perbedaan di antara dua variabel; misalnya.
praktek pemberian ASI ibu-ibu de Kelurahan X berbeda dengan praktek
pemberian ASI ibu-ibu di Kelurahan Y. Hipotesis ini lebih dielaborasi
menjadi: praktek pemberian ASI ibu-ibu di Kelurahan X lebih tinggi bila
dibandingkan dengan praktek pemberian ASI ibu-ibu di Kelurahan Y.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar